Rabu, 07 Mei 2014

Fuyul Sojol

Fuyul Sojol dalam kenanganku

        Masih melekat dalam ingatan saya, pada pertengahan Tahun 2012 silam, Pegunungan Ogoamas yang terhampar dari sisi barat kabupaten donggala hingga bagian timur Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah menjadi tempat kami melakukan kegiatan Operasi XXV Korpala Unhas. Kegiatan ini merupakan rangkaian prosesi kaderisasi di Korps Pencinta Alam Universitas Hasanuddin yang saya geluti.

         Dengan berbekal pengetahuan perjalanan alam terbuka kemudian ditunjang dengan kesiapan fisik dan mental yang baik, merupakan modal awal kami dalam melakukan Operasi kali ini. Tanggal 12 Juli 2012, tim kami meninggalkan makassar menuju entri poin kegiatan yakni Desa Balukkang, kec Sojol, Kab Donggala. Banyaknya kendala terhadap Bus tumpangan kami, mengakibatkan perjalanan memakan waktu menjadi 3 hari lamanya.  
Bus tumpangan kami, yang kadang-kadang mogok,,,
Setelah melalui perjalanan panjang dari Kota Makassar akhirnya kami pun sampai pada tujuan kami, ± Pukul 16.25 Wita, Tanggal 15 Juli 2012.Dua belas hari waktu yang digunakan oleh tim kami didalam melakukan Operasi Fuyul Sojol XXV Korpala Unhas sejak tanggal 16 Juli hingga 27 Juli 2012. Tim yang terdiri dari 11 orang memulai pendakian dari Dusun Bonde, Desa Balukkang, Kec Sojol Kab Donggala, menjangkau Puncak Sojol (2888 mtr dpl, sesuai pembacaan di GPS yang menyertai tim kami) dalam delapan hari. Selanjutnya empat hari kemudian tim kami sampai di Dusun Tiga Desa Sibolae Kec Tinombo, Kab Parigi Moutong di sisi Timur pegunungan Ogoamas.
Foto Bersama dengan Sekertasi Desa Balukkang, sebelum tim memulai pendakian.
Selama kami menelusuri Hutan belantara pegunungan Ogoamas, Kami menemukan beberapa flora dan Fauna yang unik juga menarik dan belum pernah kami jumpai sebelumnya. Misalnya talas, pohon padan dengan ukuran raksasa. Juga ada rotan dengan duri-duri seukuran victorynox. Di bagian lain ada juga hewan seperti Semut, Nyamuk, Pacet yang berukuran raksasa kemudian juga kami menemukan Katak berukuran kecil ± 1 cm panjangnya, dengan warna yang sangat mencolok. 
Saat bernavigasi
kondisi medan yang ekstrim, hempasan parang menebas rimbunya rotan yang menghalangi jalur pendakian.
Foto bersama dipuncak fuyul sojol.
       Salah satu obyek yang begitu menarik dalam kegiatan ini adalah keberadaan suku Lauje yang mendiami pegunungan Ogoamas ini. Secara umum suku ini terbagi menjadi dua, yaitu suku Lauje Atas dan Bawah.
        Suku Lauje Bawah sudah banyak berinteraksi dengan kehidupan yang lebih maju di kaki gunung. Bertani dan berkebun yang mereka dapati melalui bimbingan penyuluh lapangan departemen pertanian. Sementara suku Lauje Atas masih cenderung hidup dengan pola yang lebih primitif dan nomaden. Berburu menjadi aktifitas utama mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup disamping mencari umbi-umbian. 
Rumah suku lauje, yang sudah tidak ditempati
     Teriakan au.. au.. au.. menyambut kedatangan tim kami ketika memasuki kampung suku Lauje. Kemudian yang menjadi kendala kami adalah  saat mengetahui masyarakat dari suku tersebut tidak bisa berbahasa Indonesia. Akhirnya bahasa isyarat menjadi andalan komunikasi kami selama berinteraksi dengan mereka.

    Gubuk yang digunakan oleh suku Lauje Atas juga tersebar di wilayah atas Pegunungan Ogoamas, dimanfaatkan bersama oleh masyarakatnya. Gubuk-gubuk yang lebih kecil menjadi 'rumah singgah' bagi mereka yang harus bermalam di sepanjang rute perburuannya. Sumpit dan parang adalah perlengkapan utama di dalam aktifitas mereka, sebagai penunjang kegiatan berburu. Mata sumpit yang telah dilumuri racun, diambil dari jenis tumbuhan tertentu, mampu menjangkau hewan buruannya hingga jarak 20 meter. Bisa yang cukup kuat mampu melumpuhkan buruan hingga tewas dalam waktu singkat.

       Dalam perjalanan pulang, kami mendapat kehormatan diantar oleh dua warga suku Lauje, hingga ke kampung Sibolae. Sang pengantar merupakan suku Luaje Atas, yang menarik, rupanya mereka belum mengenal cara membersihkan diri dengan cara mandi. Kedengarannya aneh, tetapi begitulah adanya. Di kulit mereka menempel kerak-kerak kotoran menjadi daki yang begitu tebal.  mengajari mereka bagaimana mandi di sungai, menggunakan sabun dan shampo.

      Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan ini berbeda dengan kegiatan lainnya, ialah pelaksanaan kegiatan bertepatan dengan Puasa di Bulan Ramadhan 1433 H, Melakukan perjalanan sambil menunaikan Ibadah Puasa menjadikan sebuah tantangan tersendiri bagi kami. Sesampai di Desa Sibolae, tim beruntung karena di tempat ini ada mesjid. Berbuka puasa menjadi terasa begitu mewah dan istimewa bagi kami. Terutama ketika Fadli Isra Saite didaulat untuk memberikan ceramah taraweh dimasjid..
        Keesokan harinya ± Pukul 08.00 Wita, tanggal 28 Juli 2012 kami melanjutkan perjalanan menuju kota Palu kemudian langsung menuju Kota Makassar, akhirnya Tim kami tiba kembali di mabes Korpala Unhas 29 Juli 2012 pukul 19.00 wita. Sebait kisah baru telah menambah rangkaian panjang kesaksian hidup kami. Terima kasih Ya Allah, Terima Kasih Korpala Unhas "Survive With Korpala"!


Senin, 05 Mei 2014

Bantimala


RIJANG RADIOLARIA BANTIMALA MENGACAUKAN “OCEANIC PLATE STRATIGRAPHY”

Artikel ini saya ambil dari Artikel pak Awan satyana, beliau merupakan salah satu ahli geologi yag sangat giat melakukan penelitian, saat ini beliau bekerja diSKK Migas.. 

Berbeda dengan singkapan-singkapan rijang radiolaria seumur di tempat-tempat lain di Indonesia (Ciletuh –Suhaeli et al, 1977; Luk Ulo – Wakita et al, 1994; Meratus – Wakita et al, 1998), singkapan rijang radiolaria di Bantimala, Sulawesi Selatan sangat enigmatik, penuh teka-teki. 

Sebagai hewan renik bercangkang silika, radiolaria tahan tidak lebur pada kedalaman laut lebih dari 4000 meter. Pada kedalaman itu, cangkang-cangkang foraminifera yang terbuat dari karbonat sudah lebur. Maka semua lantai samudera di dunia pada kedalaman lebih dari 4000 m saat ini tertutup cangkang-cangkang radiolaria, menjadi lumpur yang tersusun oleh cangkang-cangkang radiolaria sangat renik, umum disebut radiolarian ooze, lumpur/selut radiolaria. 

Lumpur radiolaria ini menutupi lava basal yang biasanya berbentuk bantal yang dimunculkan ke permukaan dasar samudera di retakan tengah samudera. Di bagian tengah semua samudera, ada retakan yang begitu panjang dan besar tempat lempeng-lempeng samudera saling bergerak menjauh. Di retakan tengah samudera itulah lava-lava basal dikeluarkan, berasal dari mantel Bumi bagian atas.
Zaman dulu, jutaan tahun yang lalu pun begitu sebab proses-proses geologi itu dominan tetap selama milyaran tahun pun. Maka, susunan lumpur radiolaria dan lava basal membantal itu telah membatu menjadi batuan yang disebut rijang radiolaria (radiolarian chert) yang selalu terletak di atas lava bantal berkomposisi basal.

Oleh proses tektonik lempeng, rijang radiolaria dan lava bantal asal kedalaman lebih dari 4000 meter itu selama jutaan tahun berikutnya mendekati benua, daratan, dan akhirnya berbenturan. Karena lebih berat, lempeng samudera dengan penyusun bagian paling atasnya rijang radiolaria dan lava bantal itu ditekuk atau menunjam (subduksi) ke bawah benua. Wilayah penekukan lempeng samudera itu disebut palung. 


Kemudian oleh proses geologi dan tektonik yang sangat rumit, sebagian massa lempeng samudera dan benua tercabik-cabik, dicabut dari asalnya, dan dipindahkan ke tempatnya yang baru di tepi benua, begitu juga lapisan paling atas lempeng samudera yang disusun oleh rijang radiolaria dan lava bantal.

Maka bila sekarang para ahli geologi menemukan lava bantal dan rijang radiolaria di daratan, tahulah mereka bahwa tempat-tempat tersebut dulunya merupakan palung. Palung umur kapan, umur batuan-batuan yang dikandungnya. Tempat-tempat seperti itu adalah Ciletuh (Sukabumi Selatan), Luk Ulo/Karangsambung (Kebumen Utara), Pegunungan Meratus (Kalimantan Selatan), dan Bantimala-Barru (Sulawesi Selatan). 

Saya kali ini hanya bercerita tentang lava bantal dan rijang radiolaria. Tentu bukan itu saja batuan-batuan yang ada di palung-palung purba ini, tetapi begitu banyak batuan dari berbagai tempat yang berkumpul di satu tempat. Palung adalah wilayah pertemuan antarlempeng, maka wajar geologinya sangat bervariasi, dari berbagai asal yang saling bertemu, sangat rumit namun sangat menarik.

Maka tak mengherankan mengapa banyak ahli geologi yang pergi ke tempat-tempat ini, baik untuk menelitinya termasuk menjadikannya sebagai bahan disertasi doktor. Tempat-tempat seperti ini pun menjadi tempat buat pendidikan mahasiswa geologi. Ciletuh dan Pegunungan Meratus tidak/belum dijadikan tempat pendidikan mahasiswa karena aksesnya yang cukup sulit.

Saya tidak memasukkan Bayat atau Pegunungan Jiwo di Klaten, Jawa Tengah sebagai palung purba terusan Luk Ulo karena kurang buktinya sebagai palung (telah saya tulis dalam beberapa artikel di FB).

------------------------
Kembali kepada rijang radiolaria Bantimala. Maka berdasarkan teori tektonik lempeng, rijang radiolaria harus terletak di atas lava bantal, atau kalau lava bantalnya tidak tersingkap, rijang ini terletak di atas batuan ofiolit yang lain, misalnya diabas, gabro, atau peridotit. Mengapa harus begitu, karena begitulah susunan batuan lempeng samudera. Paling atas akan rijang radiolaria, yang sering berasosiasi dengan batugamping merah atau serpih silikaan (semuanya menunjukkan endapan laut dalam), yang duduk di atas kerak dan mantel bagian atas di bawah samudera yang berturut-turut dari atas ke bawah disusun oleh: lava basal membantal, retas intrusif diabas/dolerit, gabro berlapis, gabro kumulatif, dan paling bawah peridotit. Susunan ini tentu bisa tak lengkap, tetapi urutan stratigrafinya dari atas ke bawah harus begitu. Inilah yang disebut Oceanic Plate Stratigraphy (OPS). Paling atas akan rijang radiolaria, paling bawah akan peridotit.

NAMUN, rijang radiolaria Bantimala lain dari yang lain. Di kawasan ini rijang radiolaria berlapis-lapis dengan batupasir asal tepi benua, dan di dalam batupasir itu terdapat pula rombakan-rombakan batuan metamorf sekis mika. Bagaimana mungkin rijang di laut dalam yang jauh di tengah samudera bisa terjadi berlapis-lapis dengan batupasir berbutir relatif kasar yang sebagian materinya disusun oleh sekis mika. Di tempat sekitarnya ditemukan pula sekis yang terbresksiasi. Di tempat sekitarnya juga ditemukan sekis biru dan eklogit, dua batuan metamorf bertekanan tinggi-sangat tinggi dengan protolith didominasi asal kerak samudera (Maulana, 2013), yang terjadi di palung. Di tempat sekitarnya juga ditemukan batupasir Jurassic Paremba yang menunjukkan struktur sedimen current ripple dan convolute (bagaimana di suatu palung purba ada struktur sedimen seperti ini?)

Di tempat-tempat ini, dari urutan umurnya berturut-turut dari tua ke muda adalah batuan-batuan: batupasir Jurassic Paremba, peridotit terserpentinisasi, ekologit dan sekis biru, breksi sekis, rijang radiolaria yang berselingan dengan batupasir asal benua. Tak ditemukan rijang radiolaria masif yang duduk di atas lava bantal seperti ditemukan di Luk Ulo.

Rijang radiolaria Bantimala ini mengacaukan susunan stratigrafi lempeng samudera. Karena begitu uniknya, masalah ini telah diketahui sejak Sukamto (1978), termasuk pelopor penelitian modern geologi Sulawesi Selatan, menyebutnya sebagai “unusual unconformity”. Meskipun sangat rumit, sangat menarik sebab rijang ini menunjukkan sesuatu tentang tektonik Sulawesi Selatan yang lain daripada yang lain pada umur Kapur. Sebuah rekonstruksi tektonik tepi timur Sundaland harus disusun lagi dengan ramuan-ramuan: unusual stratigraphy of radiolarian chert, fasies metamorfik eklogit dan sekis biru, ultramafic rocks, dan Jurassic Paremba sandstones.

Kunci-kunci tektonik regional tersimpan dalam karakter detail batuan. 
READ THE ROCKS, THEY HOLD THE CLUES!

Minggu, 04 Mei 2014

Geomorf

Penafsiran Peta Topografi

1 Pendahuluan.

   Pada dasarnya penafsiran peta topografi dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu penafsiran secara kualitatif dan kuantitatif. Penafsiran peta kualitatif memfokuskan pada semua aspek dari suatu peta, yaitu aspek kelerengan peta (lereng terjal atau landai), jenis iklim yang ada (beriklim kering atau basah), ada tidaknya kontrol struktur. Pertanyaan pertanyaan tersebut harus dapat dijawab secara baik melalui mengalaman, melalui perbandingan peta yang akan ditafsirkan dengan contoh kenampakan lainnya didalam peta, dan melalui pengamatan kenampakan kenampakan yang bersifat anomali untuk membantu dalam membedakan kenampakan kenampakan yang ada di peta dengan kenampakan lainnya.

Penafsiran kuantitatif adalah penafsiran yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang berbeda. Berapa derajat sudut lerengnya? Berapa nilai kerapatan sungainya (drainage densities) ?; Berapa derajat arah dari bukit yang ada di dalam peta. Meskipun pertanyaan pertanyaannya mirip dengan pertanyaan pada penafsiran kualitatif, namun berbeda dalam hal mengukur panjang suatu obyek, volume, frekuensi dalam analisis. Kedua analisa, baik analisa kualitatif maupun analisa kuantitatif yang dilakukan secara sendiri sendiri sudah cukup untuk memahami suatu peta topografi. Kedua analisa dapat saling menguatkan dalam memahami resistensi batuan dan struktur batuan, proses proses erosi dan pengendapan, dampak waktu terhadap suatu evolusi bentangalam.

2 Metoda Penafsiran Peta Topografi

   Ada dua cara dasar untuk belajar mengenal dan mengidentifikasi kenampakan-kenampakan geologi pada peta topografi, yaitu:

  • Melakukan pengamatan secara teliti terhadap bentuk-bentuk dari struktur geologi yang digambarkan dalam bentuk-bentuk kontur pada peta topografi. Gambaran/ilustrasi dari bentuk-bentuk semacam ini disebut sebagai kunci untuk mengenal dan mengidentifikasi kenampakan geologi.
  • Melalui metoda praktek dan pelatihan sehingga memiliki kemampuan melakukan deduksi dalam mengidentifikasi dan memaknakan kenampakan-kenampakan geologi melalui kajian dengan berbagai kriteria. Cara ini diyakini sangat dibutuhkan dalam melakukan interpretasi.
      Meskipun banyak diilustrasikan disini bahwa kesamaan geologi yang terdapat di banyak tempat di dunia, baik secara stuktur geologi, stratigrafi dan geomorfologi detail serta hubungan diantaranya sangatlah unik. Berikut ini adalah beberapa cara dalam mengenal dan mengidentikasi kenampakan-kenampakan geologi pada peta topografi.
Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang perlu diamati adalah pola kontur dan aliran sungai.
  • Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang menunjukan batuan lunak atau lepas.
  • Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya, menunjukan lebih keras dari batuan sekitarnya.
  • Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya batuan keras.
  • Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu berada pada batuan yang lebih mudah tererosi (lunak). (kerapatan sungai adalah perbandingan antara total panjang sungai-sungai yang berada pada cekungan pengaliran terhadap luas cekungan pengaliran sungai-sungai itu sendiri).
Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta pola aliran sungai.


Kenampakan morfologi yang kahs, melalui pola kontur





Referensi

  • Geomorfologi of book, by Djauhari Noor.

Sabtu, 26 April 2014

Tentang Saya

Saya adalah salah satu mahasiswa Teknik Geologi Unhas angkatan 2009 yang bermukim di PKM L II, Blue Sky room K-UH. Selain belajar dibangku kuliah demi meningkatkan profesionalisme keilmuan saya,  kegiatan kepetualanganan Alam terbuka  sangat saya gemari juga, Setiap akhir pekan atau waktu libur, pergi ke Alam melalui kegiatan kepetualanganan merupakan sebuah rutinitas dan telah menjadi kebutuhan primer bagi saya. 

Sebagai calon Geologist, rutinitas kepetualanganan sangat lah bermanfaat melatih insting saya dalam memecahkan hukum-hukum alam yang sangat menakjubkan, Sungguh Anugerah yang luar biasa, Alam dengan segala fenomenanya merupakan bukti Akan Kuasa sang Pencipta. Allah telah memberikan saya kesempatan untuk mengenali lebih dekat lagi Kuasa_Nya melalui disiplin ilmu yang saya pelajari..


Menulis Merupakan cermin bagi diri sendiri.

Saya sangat menyadari bahwa menulis sangat bermanfaat bagi saya,khususnya pada saat waktu-waktu senggang ketika melakukan kegiatan di alam terbuka adalah sumber inspirasi saya. Hanya dengan bermodalkan secarik kertas dan pena, duduk manis sembari menikmati indahnya panorana alam, saya dapat melukiskan serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang saya lalui selama berkegiatan, ternyata hal tersebut mendatangkan ilham dan membangkitkan semangat saya untuk melukiskan masa-masa suka, duka yang saya alami..
Bagi pemula memang tidak mudah untuk mulai menulis, pokoknya tulis saja, jangan dulu mengkritik. Ya, Anda harus banyak menulis dulu, baru Anda boleh mengkritik tulisan Anda sendiri. Otak manusia memang suka mengkritik. Lihatlah acara-acara televisi: Banyak sekali orang mengkritik terhadap keadaan. Itu bukan berarti buruk, bahkan pemikiran kritis itu bagus untuk memberi masukan pada yang kurang. Namun bila Anda membawa otak kritis Anda untuk menyalahkan apa yang baru Anda tulis, maka ini tidak bagus. Ia akan menghambat proses pembelajaran Anda. Terutama bagi penulis pemula.
Dengan menulis dapat membantumu menemukan siapa dirimu. Saat kamu meletakkan pena di kertas dan menuangkan pikiranmu. Kamu mulai menemukan apa yang kamu ketahui tentang dirimu sendiri. Juga tentang dunia dan fantasimu. Kamu dapat menelaah apa yang kamu suka dan benci, apa yang  menyakitkanmu dan apa yang dapat menjadi     kebutuhanmu.
Yakinlah saat menulis kamu akan pendapat unikmu sendiri. Penyair Willam Stafford mengatakan bahwa seorang penulis bukan hanya seorang yang ingin mengatakan sesuatu. Tetapi ia juga orang yang telah menemukan cara untuk mengatakannya. Menulis memungkinkamu berkomunikasi dengan pendapatmu sendiri, tampa penyaring dan penghalang yang mungkin kamu pakai saat berbicara dengan orang yang ingin kamu hindari atau senangi bahkan mereka yang ingin kamu jauhi..
 “Kalau saya tidak menulis, saya tidak akan dapat memahami apapun. Saya merasakan kebutuhan untuk memahami dan menemukan keteraturan, dengan menulis ternyata satu-satunya jalan yang saya temukan untuk memulainya”. Kutipan kata-kata Alice McDermott mendorang saya untuk  memulai sebuah tradisi yang tidak biasa, namun setelah saya mencoba menggali setiap kata-kata dan dituangkan dalam sebuah tulisan ternyata sangat berguna. Mungkin saja apa yang tertulis kata-katanya kelihatan tidak beraturan,yaaa tidak jadi masalah. Sesekali kutipan dari tulisan-tulisan yang berkenaan dihati saya kujadikan peracik rasa dalam setiap kata yang tersusun dalam sebuah tulisan saya.
                                                                                                                                             
                                                      

Jumat, 25 April 2014

Kuonoto Part I

Liburan kecil kaum kusam
Danau tanralili mungkin tak seasing dulu lagi. Sebuah anugrah Tuhan yang hampir tak pernah sepi oleh kunjungan para penikmat alam sejati. pada Jum’at 18 April 2014, sekelompok mahasiswa yang keseluruhan tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Kabupaten Buol Makassar menikmati masa liburan kecilnya dengan tujuan danau tanralili kota Malino Kab Gowa Sulawesi Selatan, Liburan kecil ini merupakan hadiah dari yang Kuasa atas sebuah pencapaian generasi mereka. Melalui restorasi yang mereka lakukan, akhirnya Wadah Silaturahim bagi pemuda/i buol kini tidak lagi mati suri.
Berdasarkan ulasan saudara Tarizi(Etar) selaku Kordinator Liburan Part I, melaporkan bahwa tim yang  akan mengikuti liburan kali ini berjumlah 14 orang dengan perempuan terdiri dari (Uny,Ningsih,Nur) dan Laki-laki (Yudhi,Randy,Pikong,Aswin,Etar,Reza,Imam,Emil,Dedy,Irwin,Safar). Adanya beberapa persiapan serta kendala-kendala yang mereka hadapi sehingga tim baru meninggalkan Kediaman Ketua Umum sekitar pukul ±19.30 WITA, ruas Jalan poros yang menghubungkan Kota Makassar & kabupaten Gowa terpantau ramai dan lancar.

Sebelum melanjutkan perjalanan menuju danau tanralili
Sepanjang perjalannya, sedikit hambatan kerap kali terjadi, lebih-lebih setelah memasuki pedataran tinggi daerah malino yang ditandai oleh perubahan suhu yang sangat dingin. Dengan kondisi jalan yang cukup lebar dan mulus untuk dilalui sehingga tim tiba di kota malino tepat, pada pukul ± 22.00 Wita, sembari melakukan aklimatisasi dengan keadaan suhu setempat, tim mengepak kembali barang-barang mereka dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju dusun terakhir, sebelum  perjalan dilanjutkan kedanau tanralili yang insyallah dilanjutkan ke esokan harinya.


Disela-sela lelahnya perjalanan, tim sesekali melakukan sesi pemotretan


Berdasarkan arahan saudara Etar Pukul 23.23 WITA tim meninggalkan kota malino menuju dusun Lengkes dengan jarak tempuh ± 1 jam. Pada pukul 00.24 Wita Akhirnya tim tiba di Pos Pemantauan longsor bawakaraeng dusun Lengkes. Tempat tersebut dijadikan tempat peristrahatan oleh tim. Sembari merapikan parkiran barisan kendaraan, sebagian dari tim menyiapkan tempat peristrahatan yang baik (tenda) dan  tim putri juga tidak mw kalah dengan kesibukan yang sangat berguna, yakni menyiapkan kopi guna kehangatan tubuh bagi para tim lainnya,,,"Sungguh jalinan kerja sama yang baik"! Hembusan angin yang berselimutkan kabut dan nyayian serangga semakin meninabobokan kami..
Sabtu pagi pukul 06.00 Wita indahnya panorama Dusun Lengkes mulai memancarkan sinarnya megahnya, kekaguman nampak dari raut wajah kami, masyarakatnya yang ramah menambah hikmatnya keindahan Dusun Lengkes. ± 2 jam setelah menghabiskan waktu dengan sarapan di Dusun Lengkes, Kami mulai melanjutkan perjalanan menuju Danau Tanralili, tepat pada pukul ± 08.00 Wita, diawali dengan D'oa tim mulai melangkahkan kaki  menapaki jalan sempit yang beralaskan batu.
Kondisi medan yang terjal dan berbatu, menjadikan tantangan tersendiri

Dua puluh menit telah berlalu, candaan dan guraan dari saudara Yudhi,Aswin beserta kawan-kawan yang berasal dari kompi sukaria memecahkan suasana yang berbalutkan lelah. Hentakan Kaki kiri dan kanan yang kian bekerja diluar dari biasanya menjadi tantangan tersendiri bagi tim kami.
Kondisi medan yang sangat ekstrim akan terlewatkan begitu saja apabila tim mulai mendokumentasikan perjalannya,  seketika raup wajah yang penuh lelah tertutupi oleh senyum ceria dari para pemuda yang sangat luar biasa. Tidak terasa setelah  menempuh perjalanan ± 2 jam, akhirnya tim   tiba di danau tanralili, Keindahan panorama Alamnya yang khas telah membayar semua lelah yang dilalui.

                 

Dari balik kabut yang tebal serta bertaburkan bebatuan raksasa yang berdiri tegak dihadapan kami, tersirat sebuah kekaguman akan kejelasan kuasa Tuhan, semoga melalui sepenggal perjalanan ini, sedikit menyisahkan bekas yang teramat bermanfaat bagi kita!


Generasi Emas HMKB-M

Generasi Emas HMKB-M

Beruntunglah karena alam tidak membutuhkan barisan kalimat dalam tumpukan kitab-kitab tebal untuk mencatat semua hukum yang mengelilinginya. Juga tidak menunggu sidang pengadilan dengan embel-embel debat para pengacara yang mencari cela untuk mengakali hasil akhir penerapan hukum yang hendak diberlakukan. Hukum alam berlangsung dengan sendirinya, tanpa perlu persetujuan mereka yang katanya adalah maha raja.

Tidak terbayang bagaimana ruwetnya, bila elemen-elemen di alam tidak saling mempercayai. Maka setiap implikasi dari suatu konsekuensi akan selalu dicurigai sebagai suatu konspirasi untuk tujuan-tujuan tertentu bagi kepentingan yang juga tertentu. Lalu riuhlah menyimak, mengkaji, mendebat setiap hukum yang mungkin tarik menarik guna bagi kepentingan elemen yang lain. Dan keberlangsungan proses yang menjadi tanggung jawab setiap unsur akan terhambat, oleh aspek curiga dan tendensi masing-masing.

Bila pagi tidak menyertakan sinar matahari, itu bukan berarti matahari tidak terbit. Pucuk-pucuk daun yang menanti sinar itu akan tetap berproses, beradaptasi, tanpa perlu mengotori nuraninya akan prasangka tak berdasar. Sama sekali tidak ada curiga, karena nuraninya terbebas dari dengki, terbebas dari kelicikan untuk kepentingan diri atau kelompoknya. Kepercayaan akan tetap mengawali terbitnya mentari. Kemudian  akan menjadi kekuatan untuk tetap bertahan, meskipun di awal pagi ini HMKB-M lahir tanpa diiringi oleh sang mentari.

Lalu generasi kalian yang belajar dari kebobrokan tradisi kuno senior mampu menghimpun kepercayaan dan harapan dari masing-masing individu saudaramu tilo rlipu a makassar. Ingat, kegagalan hampir pasti selalu menyertai di dalam setiap lakon interaksimu, hanya dengan meningkatkan etos kerja yang berbalutkan cinta, yakin dan percaya pasti kalian akan menikmati hasil kinerjamu. karena cinta yang kalian miliki menyisakan terlalu banyak tempat untuk menyemai apatisme dalam dirimu.